Walau begitu, perjalanan Risma tidak
seindah kota yang dipimpinnya. Baru setahun pula ia menjabat sebagai walikota,
sudah muncul kepentingan-kepentingan yang bertolak belakang dengan arah
kepemimpinannya. Sebut saja kasus kenaikan pajak reklame pada tahun 2011 yang
membuat dirinya diserang dan diancam untuk dinon-aktifkan sebagai walikota
Surabaya oleh sebagian pejabat di DPRD Surabaya. Tak tanggung-tanggung, orang
yang paling getol untuk menjatuhkan
Risma dari posisi walikota berasal dari PDIP juga, parpol yang notabane nya telah berjasa mengusung
namanya maju menjadi walikota.
Kini, getirnya dunia politik kembali
memuncak dirasakan Risma. Beberapa media mengabarkan bahwa Tri Rismaharini ,
walikota Surabaya yang telah mempimpin Surabaya selama kurun waktu tiga tahun,
mengungkapkan keinginannya untuk mundur dari jabatan walikota. Naiknya Wisnu
Sakti Buana sebagai wakil walikota Surabaya, menggantikan Bambang DH, dikabarkan
sebagai penyebab kegalauan Risma. Betapa tidak, penunjukan Wisnu Sakti Buana sebagai wakil walikota disinyalir tanpa sepengatahuan Risma. Hal ini diperparah dengan tingginya tuntutan dan tekanan dari dalam parpol yang dulu mengusung namanya maju menjadi walikota Surabaya.
“Emansipasi wanita yang perjuangkan R.A
Kartini bukanlah sebuah konsepsi tentang emansipasi belaka. Beliau berbicara
kemerdekaan wanita bukan kesetaraan gender dengan pria. Emansipasi wanita
adalah konsepsi bahwa wanita itu bukanlah makhluk yang lemah-lembut, namun
makhluk KUAT-lembut “. (Kelana, Andika Putra- Menteri
Kajian dan Strategi BEM KM UA’13,2013).
Kutipan diatas merupakan kutipan orasi menteri
Kasrat BEM KM UA’13 pada saat kami berkumpul di depan PLK-UA Kampus B untuk
melakukan Long March dalam rangka
memperingati Hari Kartini pada 21 April 2013 lalu. Sebuah kutipan yang sangat
menampar jiwa dan pikiran kami sebagai perempuan. Kesadaran akan kesalahan selama
ini tentang konsepsi e-man-si-pa-si wanita.
Sejalan dengan kutipan Beliau, begitu lah seharusnya wanita. Sebagai
tonggak pencetak generasi excellent,
wanita seharusnya kuat, tegar, mandiri, cerdas, dan juga lemah-lembut hatinya.
Dan Surabaya memilikinya.
Tri Rismaharini merupakan role model yang paling pas
untuk memvisualisasikan kutipan diatas. Sejak awal kepemimpinannya di Surabaya,
Risma telah menunjukan hal tersebut pada rakyat Surabaya, Indonesia, dan bahkan
dunia. Tidak bergaya bak ibu ratu, tidak pula mencurhatkan segala kesulitannya,
melainkan dengan cepat dan tanggap bergerak membenahi kota. Tanpa ragu
menceburkan diri kedalam gorong-gorong yang kotor dan bau demi menemukan
penyebab aliran air tidak lancar yang menyebabkan banjir kota Surabaya. Dengan
berani mendaki tepian tebing jembatan di jalan tol demi mengurai kemacetan
berjam-jam di jalan tol. Dan segudang pekerjaan berat yang tidak ada wanita
yang mampu melakukannya. Bagaimana wanita ini mampu melakukan itu semua?
Diluar itu semua, Risma adalah wanita dengan anak
dan suami. Jiwa keibuannya yang begitu kental lah yang memberikan dirinya
kekuatan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan luar biasa tersebut. Dengan
bimbingan Tuhan- seperti yang selalu dikatakan Risma, dirinya melangkahkan
kaki, menggerakan badannya. Hatinya yang lembut adalah senjatanya. Dengan hati
nurani Ia menjalankan peran walikota dengan begitu amanah, tak ingin ada satu
pun warga Surabaya yang telah dianggap sebagai anak-anak Risma sendiri merasa
tidak terperhatikan. Sebuah pekerjaan yang tidak mudah dan sangat berat. Selama
tiga tahun, setiap hari Risma mengabdikan dirinya untuk Surabaya. Pekerjaan
Risma tersebut terlihat dari perubahan Surabaya yang begitu signifikan hingga
kini. Jalan yang bersih, taman yang banyak indah terawat, pelayanan publik yang
cepat dan nyaman, sungai yang bersih dan lancar, banjir yang mulai jarang
terjadi.
Namun, dibalik tubuh kekar yang dibalut dengan
jilbab tersebut, bukan tak ada beban yang dirasakan Risma. Dari setiap
wawancara yang dilakukan terlihat bahwa Risma sangat emosional setiap
menyangkut tentang pekerjaannya sebagai walikota. Hal itu mencerminkan bahwa
betapa berat sebenarnya beban yang dipikul dirinya. Ya, sangat berat. Ia bukan
politisi, ia hanya pekerja idealis yang menjalankan perannya sebagaimana
seharusnya. Namun ia harus bertarung melawan para pemilik kepentingan diluar
yang tidak pernah memikirkan kesejahteraan rakyat Kota Surabaya. Siapa
pendukung Risma? Tanpa latar belakang politik, sulit sekali menemukan pendukung
dirinya yang nyata. Risma seakan berdiri seorang diri disana, dikursi
walikotanya, melawan sejumlah serangan bertubi-tubi yang menghabisi dirinya.
Tapi Risma bertahan dengan kuat selama 3 tahun ini hanya dengan berbekal
keyakinannya kepada Tuhan.
Wanita Surabaya, berbanggalah dirimu memiliki Tri
Rismaharini.
Wahai remaja perempuan... sadarilah peranmu sesungguhnya! Bahwa kamu adalah tonggak generasi masa depan. Sudahkan yang kamu lakukan sekarang dapat menjaminmu menghasilkan generasi-genarasi emas untuk bangsa dan negara?
Tuntutlah ilmu setinggi mungkin, jadilah cerdas untuk setiap permasalahan kehidupan. Dan gunakan ilmu tersebut untuk mendidik anak-anak mu kelak, Jadikan mereka pemimpin yang mampu membawa rakyanya pada kesejahteraan hidup.
Wahai remaja perempuan... sadarilah peranmu sesungguhnya! Bahwa kamu adalah tonggak generasi masa depan. Sudahkan yang kamu lakukan sekarang dapat menjaminmu menghasilkan generasi-genarasi emas untuk bangsa dan negara?
Tuntutlah ilmu setinggi mungkin, jadilah cerdas untuk setiap permasalahan kehidupan. Dan gunakan ilmu tersebut untuk mendidik anak-anak mu kelak, Jadikan mereka pemimpin yang mampu membawa rakyanya pada kesejahteraan hidup.
Sudah sepatutnya Risma bertahan menyelesaikan peran
dan tanggung jawabnya sebagai walikota Surabaya hingga akhir masa jabatan tahun
2015.
Dan sudah sepatutnya pula kita menjaga dan melindunginya dari sentuhan kepentingan politik yang hanya ingin mengambil keuntungan untuk kelompok elitnya saja.
Dan sudah sepatutnya pula kita menjaga dan melindunginya dari sentuhan kepentingan politik yang hanya ingin mengambil keuntungan untuk kelompok elitnya saja.
Lantas, dengan apa kita dapat membantu Beliau?
Dengan ilmu.
Dengan ilmu.